mau band kamu ada disini? atau lagumu dishare disini? GRATIS....!!! buat anak band yang dah punya lagu sendiri n pengen dishare ke temen-temen laen, disini tempatnya...

ikuti aturan mainnya:
1. kirimkan lagu jadi dengan audio mixing yang normal dilengkapi dengan profil band via email ke: deditsabit@gmail.com
2. beri judul emailnya dengan nama "BAND"
3. konfirmasikan pengiriman via chatbox yang tersedia di sebelah kiri
4. ditunggu hingga proses penyuntingan selesai untuk diluncurkan...

jika ada perubahan dengan lagu, data atau lagunya tidak ingin dipublikasikan di blog ini lagi, segera hubungi admin, atas kerjasamanya kami sampaikan terima kasih dan salam tiga jari untuk mengharumkan citra musik Indonesia...

Photobucket

Post

Indie Musik Menurut Subjektifitas Zubeisme

Sebuah unek2 yang barangkali akan menjadi bahan cercaan bagi yang tidak menyetujuinya. dimana ternyata sebuah perluasan juga tidak hanya terjadi pada pengikisan erosi laut terhadap batu karang dan bibir-bibir pantai, atau terhadap populasi pengangguran di sekitar kita, tetapi ternyata telah merambah terhadap pola pikir orang-orang kebanyakan terhadap makna dan esensi tentang sebuah kata "indie musik".


Bila kita berbicara tentang musik dilihat dari sudut pandang sebagai orang "awam" terhadap musik, mungkin yang ada dalam fikiran kita rata-rata adalah mana musik enak di kuping (didengarkan) dan mana musik yang tidak enak di kuping. Tak seperti halnya dengan pemikiran2 orang-orang kritis/ penilik terhadap musik, maka yang akan terbesit mungkin ialah perlawanan2 terhadap paradigma yang menyebutkan bahwa musik adalah irama halus nan harmonis yang dipadukan dengan rangkaian-rangkaian estetika bawaan sekolah musik ternama dengan berlandaskan hobi yang diidentikan berasal dari kalangan berada saja, tapi jauh diluar hal tersebut ada pula yang menyebutkan bahwa musik adalah sebuah ekspresi jiwa/ luapan hati seseorang. maka bagaimana kita menyikapi hal tersebut agar supaya tidak salah kaprah.


musik adalah salah satu divisi seni yang mayoritas orang menganggap suatu keindahan, coba saja vote pendapat seluruh orang di seluruh dunia mengenai musik, mungkin tidak akan meleset dari yang saya perhitungkan. dan sebagian minoritasnya lagi ialah yang beranggapan bahwa musik tdak harus indah, yang penting harus real ekspresif, spontan, tidak dibuat-buat & lain sebagainya. berbagai macam kalangan minoritasnya punbisa beraneka ragam, bisa berupa orang-orang eksentrik yang hanya serta merta haus akan keinginan untuk bisa disebut berselera tinggi akan musik, berbeda dari kebanyakan orang (padahal tidak mengerti), ikut2an dari dari teman, lebih mengambil fashion musik, menyeimbangkan keterbatasannya bermain instrumen & lebih menjadi penikmat saja (biarpun terkadang memaksakan), mengisi waktu senggang, yang benar2 berdedikasi terhadap musik minoritas dan menganggap sebuah pnggilan hati/ jiwa, juga apapun itu asal masih bisa menjadi berupa prestis & membuat percaya diri si empunya maksud.

mungkin anda jadibetanya-tanya, jadi apa kesinambungan antara celetukan2 tadi diatas dengan dengan judul tema tulisan ini? sebenarnya cukup berbelit juga jika kalauharus diterangkan secaraspesifik, hanya saja kesimpulannya bisa berupa kalau indiependent musik ataupun tidak ialah hanya masalah bagaimana si musik itu diedarkan, apakah dengan ditangani team pribadi dalam segi manajemen & pemasaran atau melalui label perusahaan/ korporasi musik yang siap menaungi jikalau produk musik tersebut bisa memberikan keuntungan. dari satu hal itulah perspepsi orang2 meluas dan menjadi beragam terhadap MUSIK INDIE, salah satu contoh ada kalangan yang menganggap bahwa musik indie merupakan musik yang tidak easy listening & segmanted. Lalu kenapa produk2 musik yang cenderung mengmbil jalur indiependent lebih banyak mengusung genre idealis? karena mungkin jika di jalur tersebut si produk musik bisa lebih bisa eksplor/ bebas berkarya, dalam artian biarpun sebuah produk musik tidak ada yang memberi respek dikarenakan isinya susah dicerna pendengar, tapi produk musiktersebut tetap bisa mempublikasikan karya-karyanya.

indiependent (MERDEKA), maka merdekalah wahai karya & IDE!!!!

tapi... tapi... tapi, kita juga seyogianya menyadari akan sebuah peribahasa yang ckup familiar "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". Dengan begitu bisa diambil kesimpulan tentang apa yang cukup menjadi pertnyaan & pernyataan banyak khalayak tentang hal tersebut dan agar tidak sampai lebih banyak muncul persepsi2 berikutnya yang mungkin bisa membuat musik malah menjadi lebih dikotak-kotakan menurut ragam = & jenisnya, sehingga menjadikan musik tidak kembali kepada hakekatnya, yaitu sebagai bahasa yang UNIVERSAL.


Written by Zubey Emanas

cek band/ daerahmu disini:

bali, bandung, bogor, bojonegoro, depok, jakarta, jember, kudus, lumajang, makassar, malang, pamekasan, probolinggo, purwokerto, semarang, situbondo, sumenep, surabaya, tangerang, dll.
supported by deditsabit