mau band kamu ada disini? atau lagumu dishare disini? GRATIS....!!! buat anak band yang dah punya lagu sendiri n pengen dishare ke temen-temen laen, disini tempatnya...

ikuti aturan mainnya:
1. kirimkan lagu jadi dengan audio mixing yang normal dilengkapi dengan profil band via email ke: deditsabit@gmail.com
2. beri judul emailnya dengan nama "BAND"
3. konfirmasikan pengiriman via chatbox yang tersedia di sebelah kiri
4. ditunggu hingga proses penyuntingan selesai untuk diluncurkan...

jika ada perubahan dengan lagu, data atau lagunya tidak ingin dipublikasikan di blog ini lagi, segera hubungi admin, atas kerjasamanya kami sampaikan terima kasih dan salam tiga jari untuk mengharumkan citra musik Indonesia...

Photobucket

Post

MANIFESTO MUSISI & PENULIS: KAMI MENOLAK “MATI”

by. djoko moernantyo

“Jika mati adalah kemenangan, aku ingin cepat dikuburkan, tapi jika mati adalah kekalahan, aku memilih  hidup tak berkesudahan”

TENTU saya tidak akan mengajak Anda untuk menjadi kaum mortalitas, yang utopis dengan hidup abadi. Jangan tertipu dengan judul tulisan itu, pun juga pepatah yang tampaknya diambil dari filsuf mana gitu. Bukan kok, itu ide saya untuk memotivasi diri awalnya.

Saya ingin memulainya dengan istilah latin Historya Magistra Vitae, sejarah membuat kita bijaksana. Dalam penjelasan dosen filsafat saya yang orangnya agak “nyeleneh” –karena selalu mengatakan saya ada karena saya berpikir–  sejarah itu tak pernah mati. Sejarah boleh dibelokkan, dipelintir, atau dimanipulasi, tapi sejarah dalam segala bentuknya tak bisa dihapus.

Sejarah yang tertulis adalah ide. Dan ide itu tidak pernah mati. Ide itu abadi. Mungkin kita akan punya masalah dengan ide itu, tapi  bukan mereka yang tak pernah punya masalah adalah orang yang kuat, tapi mereka yang siap menghadapi masalah dan berhasil bangkit lagi. Itulah yang disebut tangguh! Karena masalah apapun dalam hidup yang tak membuat kita mati, akan semakin menguatkan kita.

Saya katakan, inilah manifesto yang kudu kita perkuat. Menjadikan ide nyleneh, nyempal, liar, tapi tetap santun dalam tulisan, sebagai bagian dari sejarah yang tak mati itu. Ide kita hari ini, mungkin baru terasa nikmat dilakukan beberapa tahun ke depan. Ya tidak apa-apa.

Segerakan kompromi antara hati dan otak dalam menyusupkan kegilaan ide. Janganlah hati kita mengalahkan otak kita atau sebaliknya, karena dengan begitu kemungkinan kita akan kehilangan integritas, kemerdekaan bahkan kewarasan.

Dan saya katakan, inilah manifesto menolak “mati” untuk majalah ini. Menolak “mati” untuk menulis kritis, efisien dan cerdas. Mungkin ide dan tulisan itu akan jadi sejarah dulu, tapi biarlah sejarah itu tak mati berkesudahan dan punya kekuatan mempengaruhi di masa yang kita tak mengalaminya kelak. Tentu saja pengaruh positif, bukan sekadar strategi menjilat. Dan untuk itulah, kita terus menulis dan mencintai musik.

*tulisan ini dimuat di rubrik encore majalah musik SoundUp No. 61/Vol.6/April 2011 – dengan sedikit perubahan judul

Sumber: AirPutihku

cek band/ daerahmu disini:

bali, bandung, bogor, bojonegoro, depok, jakarta, jember, kudus, lumajang, makassar, malang, pamekasan, probolinggo, purwokerto, semarang, situbondo, sumenep, surabaya, tangerang, dll.
supported by deditsabit