mau band kamu ada disini? atau lagumu dishare disini? GRATIS....!!! buat anak band yang dah punya lagu sendiri n pengen dishare ke temen-temen laen, disini tempatnya...

ikuti aturan mainnya:
1. kirimkan lagu jadi dengan audio mixing yang normal dilengkapi dengan profil band via email ke: deditsabit@gmail.com
2. beri judul emailnya dengan nama "BAND"
3. konfirmasikan pengiriman via chatbox yang tersedia di sebelah kiri
4. ditunggu hingga proses penyuntingan selesai untuk diluncurkan...

jika ada perubahan dengan lagu, data atau lagunya tidak ingin dipublikasikan di blog ini lagi, segera hubungi admin, atas kerjasamanya kami sampaikan terima kasih dan salam tiga jari untuk mengharumkan citra musik Indonesia...

Photobucket

Post

Hip-Hop – Bukan Pergerakan Kelas 2

Oleh: Djoko Moernantyo


DI INDONESIA, progresivitas hip-hop termasuk cepat. Meski ada yang menyebutnya musik ini masih di deretan kelas dua dalam industri mainstream. Perkembangannya mungkin tak secepat musik popular yang memang selalu didengung-dengungkan oleh industrialisasi capital, tapi hip-hop punya tempat yagn tidak bisa diremehkan.

Mungkin kita perlu menyorot sedikit sejarah hip-hop itu sendiri. Hip-hop sebenarnya lebih tepat disebut sebagai kebudayaan yang lahir dari sebuah entitas ras tertentu. Awalnya memang begitu, hingga kemudian berkembang menjadi satu gerakan perlawanan terhadap keresahan sosial yang ada. Hip-hop adalah sebuah gerakan kebudayaan yang mulai tumbuh sekitar tahun 1970’an yang dikembangkan oleh masyarakat Afro-Amerika dan Latin-Amerika.

Hip Hop merupakan perpaduan yang sangat dinamis antara elemen-elemen yang terdiri dari MC-ing (lebih dikenal rapping), DJing, Breakdance, dan Graffiti. Belakangan ini elemen Hip Hop juga diwarnai oleh beatboxing, fashion, bahasa slang, dan gaya hidup lainnya.

Kalau kemudian hip-hop dan rentetannya sering dianalogikan dengan kekerasan dan narkoba [apalagi kalau kita lihat film-film produksi Hollywood], sebenarnya memang ada benarnya.  Angka kriminalitas berpengaruh kepada hidup para kaum pendatang seiring dengan meluasnya kultur hiphop, dan karena memang kultur hiphop melatarbelakangi tindakan mereka. beberapa lagu dibuat dengan ritme dan lirik yang sangat emosional. Dan kaum afro-america yang menjadi pioneer dalam hal ini pada saat itu.

Tapi kemudian daalam perkembangannya, kekerasan dan narkoba itu [harusnya] jadi cerita lalu. Bahwa hip-hop kemudian jadi ajang interaksi, protes dan sejenisnya, sampai sekarang masih terjadi, bahkan di Indonesia sekalipun. Mereka melontarkan kata-kata yang kadang-kadang membuat kuping  memerah.

Di Indonesia, banyak musisi dan punggawa hip-hop yang lahir dan besar di industri mainstream. Mungkin tidak sebesar pop, tapi kiprahnya turut memberi warna yang tidak murah dan murahan. Sebut saja nama-nama seperti Yacko, Soul ID, Saykoji, JFlow, Faro, Fade2Black, Neo atau Kill the DJ, Sania, Zamzam, atau Willy Winarko.

Mereka dalam segala bentuknya menyuarakan apapun yang mereka rasakan dalam celotehannya. Mungkin yang kudu diperhatikan lebih baik adalah jadikan hip-hop sebagai way of life. Hal lain yang membuat hiphop di Indonesia seperti “lambat” adalah persoalan kultur. Di Indonesia, hiphop itu masih masih lebih kuat sebagai fashion saja. Tapi mereka [harusnya] bukan ada di kelas 2.


Sumber: AirPutihku

cek band/ daerahmu disini:

bali, bandung, bogor, bojonegoro, depok, jakarta, jember, kudus, lumajang, makassar, malang, pamekasan, probolinggo, purwokerto, semarang, situbondo, sumenep, surabaya, tangerang, dll.
supported by deditsabit