mau band kamu ada disini? atau lagumu dishare disini? GRATIS....!!! buat anak band yang dah punya lagu sendiri n pengen dishare ke temen-temen laen, disini tempatnya...

ikuti aturan mainnya:
1. kirimkan lagu jadi dengan audio mixing yang normal dilengkapi dengan profil band via email ke: deditsabit@gmail.com
2. beri judul emailnya dengan nama "BAND"
3. konfirmasikan pengiriman via chatbox yang tersedia di sebelah kiri
4. ditunggu hingga proses penyuntingan selesai untuk diluncurkan...

jika ada perubahan dengan lagu, data atau lagunya tidak ingin dipublikasikan di blog ini lagi, segera hubungi admin, atas kerjasamanya kami sampaikan terima kasih dan salam tiga jari untuk mengharumkan citra musik Indonesia...

Photobucket

Post

Musisi & Anjing


Oleh: Djoko Moernantyo

JANGAN langsung nyolot, kalau sebagai anak band atau musisi, saya sebut kudu belajar pada anjing soal kesetiaan. Kesetiaan disini bukan melulu bicara soal hubungan antar manusia, tapi juga kesetiaan pada profesinya, musisi.

Siapa yang tak kenal dengan binatang berkaki empat ini? Konon, anjing adalah binatang yang paling setia kepada tuannya. Konon pula, anjing juga binatang yang paling disebut-sebut oleh manusia. Tidak percaya?

Ketika Anda merasa jengkel, sebal dan marah dengan seseorang, umpatan apa yang paling sering terlontar? Meski belum ada riset khusus, tapi ‘anjinglah’ yang paling sering dipakai sebagai bahan makian. Di jalanan ketika macet, bisa-bisa semua orang berubah menjadi binatang berkaki empat ini lantaran semuanya mengeluarkan seruan yang sama.

Apa salah anjing? Penulis tidak tahu mengapa anjing menjadi bahan umpatan yang paling menyenangkan. Apakah karena dia binatang yang sering dianggap najis, sehingga seseorang menganalogikan orang lain najis ketika memaki dengan personifikasi hewan ini. Ataukah karena bintang yang punya banyak ras ini punya hobi menjilat –dalam arti sesungguhnya—kemudian diplesetkan sebagai ungkapan sinis kepada orang yang juga dianggap “penjilat” dalam konotasi yang tidak positif.

Apapun alasan dibalik umpatan anjing ini, kita tampaknya tak pernah berpikir bahwa binatang ini punya rasa setia kawan yang besar. Ketika kecil, penulis pernah punya banyak anjing dalam berbagai ras. Mereka membaur, meski secara “kasta” ras-ras yang ada itu sebenarnya beda-beda. Mungkin ada yang melihat jenis herder, lebih “bergengsi” dibanding anjing kampung. Atau melihat ras peking lebih lucu dan mahal dibanding jenis pudel. Sayangnya, anjing tak mengenal kasta-kasta seperti itu.

Mereka –anjing milik penulis—punya peran yang sama, menjaga rumah. Sedikit menganggu memang, karena nyaris setiap malam mereka menyalak kepada siapapun yang masuk rumah. Tapi selama ada anjing, nyaris tak pernah ada yang namanya maling masuk.

Lalu pernahkah kita sedikit mengambil sisi positif dari peran bintang itu? Kesetiaan dan tak membedakan. Simpel saja, apakah kita masih sering merasa lebih hebat, lebih pintar, lebih terkenal, lebih..lebih..dan lebih? Kalau peran itu yang dominan, mungkin sesekali kita perlu memperhatikan kisah-kisah tentang anjing. Saya menyarankan kisah anjing bernama Hachiko untuk kamu tonton.

Apakah musisi punya kesetiaan pada profesinya? Setia untuk berbagi kegembiraan lewat karya-karyanya? Setia untuk konsisten berkarya tanpa harus menjiplak atau mengaku terinfluence tapi kebanyakan ngambil bar-nya. Kalau tidak, masak saya harus bilang kita perlu belajar pada anjing. Sederhana, belajar melihat sisi positif di sekitar kita…

Sumber: AirPutihku

cek band/ daerahmu disini:

bali, bandung, bogor, bojonegoro, depok, jakarta, jember, kudus, lumajang, makassar, malang, pamekasan, probolinggo, purwokerto, semarang, situbondo, sumenep, surabaya, tangerang, dll.
supported by deditsabit