mau band kamu ada disini? atau lagumu dishare disini? GRATIS....!!! buat anak band yang dah punya lagu sendiri n pengen dishare ke temen-temen laen, disini tempatnya...

ikuti aturan mainnya:
1. kirimkan lagu jadi dengan audio mixing yang normal dilengkapi dengan profil band via email ke: deditsabit@gmail.com
2. beri judul emailnya dengan nama "BAND"
3. konfirmasikan pengiriman via chatbox yang tersedia di sebelah kiri
4. ditunggu hingga proses penyuntingan selesai untuk diluncurkan...

jika ada perubahan dengan lagu, data atau lagunya tidak ingin dipublikasikan di blog ini lagi, segera hubungi admin, atas kerjasamanya kami sampaikan terima kasih dan salam tiga jari untuk mengharumkan citra musik Indonesia...

Photobucket

Post

Revolusi di Ladang Musik – Aku Melawan Maka Aku Ada [4]

Oleh: Djoko Moernantyo


Mereka Melawan, Mereka Ditahan

Beberapa nama di luar Indonesia pun bisa jadi contoh bagaimana lirik lagu dan musik yang dibawakan seorang musisi, bisa membuat ketakutan penguasa. Di bawah ini adalah beberapa nama yang kemudian harus berhadapan dengan aparat resmi [dan tidak resmi] sebuah negara.

a. Mercedes Sosa

Sosa adalah musisi asal Argentina di era 70-an ketika negara Amerika Latin itu masih sangat dikuasai oleh diktator militer. Sebagai musisi, Sosa hanya bisa menyuarakan kegelisahannya lewat lagu yang dibawakannya. Meski termasuk musisi yang tidak terlalu produktif mencipta lagu, tapi Sosa punya pengaruh kuat dalam mempengaruhi emosi pendengar dan pengikutnya.  Dia adalah pendiri Nueva Cancion [New Song], gerakan yang mengumpulkan musis-musisi anti militer ketika itu.  Sosa akhirnya menjadi simbol perlawanan melawan penindasan di Amerika Latin. Sosa sendiri akhirnya ditangkap oleh penguasa tahun 1978dalam konser yang diadakan untuknya. Para penonton banyak yang diangkut untuk dibawa ke pengasingan.

b. Cui Jian

Tak ada yang menyangka, Cui Jian akhirnya benar-benar menjadi pelopor pergerakan melawan komunis di Cina. Padahal, Jian adalah musisi klasik mantan anggotak Beijing Philharmonic Orchestra yang cukup bergengsi itu. Jian terkenal karena lagu-lagunya banyak yang bicara soal individualisme dan seksualitas. Hal yang tabu di Cina. Tahun 1986 ketika konser di Beijing, Jian naik ke panggung dan  menyanyikan lagu ‘Nothing to My Name’ lagu yang jadi simbol gerakan perlawanan di Cina ketika itu. Albumnya The Power of Powerless banyak dicari anak muda Cina karena dianggap membawa angin perubahan baru yang penting untuk mereka. Jian masih bertahan di Cina meski segambreng ancaman berdatangan.

c. Fela Kuti

Siapa dia? Lengkapnya Fela Kuti Anakilapo, dan dijuluk ‘The Black President’ karena di Nigeria, negaranya, Fela Kuti adalah penggerak massa. Semacam tokoh yang dipuja dan dihormati. Fela juga musisi yang produktif meski lebih banyak mengkritis pemerintahnya. Klub malam The Shrine disulapnya menjadi tempat untuk melakukan aktivitas politik.

Fela difitnah dan dipenjara atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Tahun 80-an, nyaris dilewatinya di penjara sampai akhirnya ketika keluar dia membuat semacam yayasan untuk anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Lagunya ‘International Thief Thief’ membuat banyak kuping penguasa gerah, sampai kemudian militer Nigeria menyerbu rumahnya.  Lebih dari 1000 tentara menyerang dan membakar rumahnya, melempar ibu dan saudaranya dari jendela hingga tewas. Ketika akhirnya ibunya meninggal, Fela memajang peti matinya di depan markas junta militer ketika itu.

Fela menikahi 28 wanita, namun kemudian diceraikan semua dengan pernyataan terkenalnya ‘tidak seorang pun berhak memilik kelamin perempuan’. Sayangnya, Fela meninggal Agustus 1997 karena AIDS.

d. Linkin Park

Linkin Park yang telah mengeluarkan album studio ke empatnya pada tahun 2010 lalu, A Thousand Sun, ternyata memilih belajar politik untuk kemudian memasukannya ke dalam lagu-lagu di album berikutnya. Mereka lebih menitikberatkan pada “good song”, dari pada “good noise”. Itulah kira-kira yang disampaikan oleh Chester Bennington, vokalis Linkin Park dalam interview dengan majalah Kerrang [Juni 2011], majalah rock Amerika.

Bennington menegaskan bahwa dulu Linkin Park lebih banyak mengisi lirik lagu mereka dengan pengalaman personal para personil dengan bunyi alat musik yang terprogram, tersynthesizer, dan elektronik. Untuk album ke depan mereka akan lebih banyak bermain di lirik yang bermuatan politik, yang akan banyak diinspirasikan dari para tokoh politik.

e. Zack De La Rocha

Kita mengenal band Rage Against The Machine [RATM], sekarang sudah bubar, dengan vokalisnya Zack De La Rocha yang sangat melek politik begitupula gitarisnya Tom Morello yang merupakan ahli ilmu politik dari Harvard University.

Zack De La Rocha dikenal orang dalam lirik lagu dan aksinya yang membela pejuang dunia melawan penjajah dunia, seperti aksinya membela Leonard Peltier, seorang aktifis indian amerika, Mumia Abu Jamal,  orang yang divonis hukum mati karena dituduh membunuh seorang polisi Philadelphia, walaupun sampai sekarang masih dalam perdebatan. Zack juga mendukung gerakan Zapatista, kelompok revolusionis di Chiapas, Meksiko, sampai pada yang monumental yaitu berbicara di gedung PBB, melakukan protes terhadap Amerika mengenai Mumia Abu Jamal.

f. Victor Jara

Ini musisi yang paling berani berhadapan dengan tentara di Chili. Victor Jara terkenal sebagai penyanyi folk atau balada. Dia menganggap ‘gitar sebagai senjata’ Lagunya banyak bicara ketidakadilan dalam hidup ini. Sebagai rakyat dari rezim militer yang berkuasa, Jara juga diminta untuk loyal kepada pemerintah. Sayangnya, Jara bukan orang yang mempang digertak. Lagunya banyak bercerita soal petani yang tidak punya tanah, atau pekerja pabrik di kelas menengah.

Jara adalah pendukung Presiden Salvador Allende ketika terpilih tahun 1970. Bahkan Jara berani mengibarkan spanduk bertuliskan, ‘Tidak akan ada revolusi tanpa musik.”. Sayangnya, ketika Allende dikudeta oleh Pinochet, penguasa baru punya aturan, semua musisi dinyatakan subversif. Semua ditangkap dan diadili.

Jara dibawa ke Stadion Santiago bersama 5000 orang tahanan lainnya. Ketika itulah Jara disiksa, disetrum, dipukuli dan dibikin belepotan oleh darah.  Tangannya sempat patah, sebelum akhirnya ditembak mati. Jara meninggal dalam usia 38 tahun.

Seperti kata Wiji Thukul di awal tulisan, ucapkan kata-katamu untuk melawan. Ketika kita menghamba pada ketakutan, kita hanya memperpanjang perbudakan dan itu artinya makin tertindas. Bukan evolusi.

#tulisan ini dimuat di rubrik BLAST Majalah SoundUp Edisi September 2011

Sumber: AirPutihku

cek band/ daerahmu disini:

bali, bandung, bogor, bojonegoro, depok, jakarta, jember, kudus, lumajang, makassar, malang, pamekasan, probolinggo, purwokerto, semarang, situbondo, sumenep, surabaya, tangerang, dll.
supported by deditsabit