mau band kamu ada disini? atau lagumu dishare disini? GRATIS....!!! buat anak band yang dah punya lagu sendiri n pengen dishare ke temen-temen laen, disini tempatnya...

ikuti aturan mainnya:
1. kirimkan lagu jadi dengan audio mixing yang normal dilengkapi dengan profil band via email ke: deditsabit@gmail.com
2. beri judul emailnya dengan nama "BAND"
3. konfirmasikan pengiriman via chatbox yang tersedia di sebelah kiri
4. ditunggu hingga proses penyuntingan selesai untuk diluncurkan...

jika ada perubahan dengan lagu, data atau lagunya tidak ingin dipublikasikan di blog ini lagi, segera hubungi admin, atas kerjasamanya kami sampaikan terima kasih dan salam tiga jari untuk mengharumkan citra musik Indonesia...

Photobucket

Post

Revolusi di Ladang Musik – Aku Melawan Maka Aku Ada [1]

Oleh: Djoko Moernantyo

Jika kau tak berani lagi bertanya
kau akan jadi korban keputusan-keputusan
jangan kau penjarakan ucapanmu

Jika kita menghamba kepada ketakutan
kita memperpanjang barisan perbudakan

[Ucapkan Kata-Katamu – Wijdi Thukul]

+++

Melawan Atau Tertindas Secara Musikal

PERNAHKAH kita menyadari, musik dan musisi ternyata punya kecenderungan pergerakan. Maksudnya, tanpa disadari mereka membuat karya lagu yang masuk ke sayap kiri, lirik-lirik lugas, tegas dan tidak cengeng. Mereka membuat karya yang bicara soal eksistensi diri, lingkungan dan negara dalam arti luas.

Musisi dalam ranah ini biasanya pluralis, kritis dan punya sudut pandang yang berbeda dibanding musisi lain. Musisi sisi ini pun masih terbagi lagi, menjadi musisi yang progresif revolusioner, memainkan musik sebagai bentuk perlawanan terhadap kondisi yang mereka anggap tidak adil. Baik lingkungan, agama, dan pemerintah. Lirik-liriknya keras, musiknya juga sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Bisa pop, rock, jazz atau dangdut. Biasanya, mereka memilih rock atau punk sebagai saluran ekspresi.

Meski tidak sedikit yang bertutur dengan balada, seperti Iwan Fals misalnya. Secara skill, mereka juga tidak bisa dibilang biasa-biasa saja. Rata-rata punya kemampuan di atas rata-rata soal musik dan pemahaman lirik, hanya ingin meluapkan kegelisahan mereka dengan cara yang lebih frontal dan tegas. Beberapa contoh di area ini adalah Ken Arok milik [almarhum] Harry Roesli, Remy Silado, Mogi Darusman, Eross Jarot, atau Efek Rumah Kaca dan Marjinal untuk era kekinian.

Selanjutnya adalah musisi yang lebih nasionalis-pragmatis. Mereka berkarya memang untuk negara. Mereka mengkritik dengan pedas mungkin, tapi itu dilakukan dengan santun dan bahasa yang tidak terlalu meledak-ledak. Lebih kompromistis ketika mengucapkan kata-katanya. Tapi misi mereka sama, menjadikan kehidupan lebih baik lewat perlawanan seni. Mungkin mereka juga mengupas soal cinta, tapi cinta dalam arti yang lebih lebar, luas dan universal. Khususnya relasi manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Musisi di ranah ini lebih mudah diterima semua kalangan.

Banyak contoh nyata yang bisa kita jadikan contoh. EdanE dan Slank, merupakan suguhan yang berbeda dari musik rock lainnya. Kedua grup band tersebut memberikan esensi rock yang jelas pada komposisi atau sajian musikalnya. Esensi kritisisme yang dibawakan bernuansa semangat perlawanan, anti terhadap korupsi, anti terhadap neoliberalisme dan globalisasi. EdanE dalam album-album terdahulunya membawakan sangat luar biasa semangat anti globalisasi dalam lagu-lagunya.

Musisi rock dalam kerja seninya dapat disandingkan dengan yang disebut filsuf Gramsci sebagai ‘intelektual organik’. Bagi musisi, peran intelektual tidak cukup hanya diapresiasikan melalui karya akademik saja. Namun, ia memiliki peran lebih, yaitu bagi pemberdayaan masyarakat yang merupakan kewajiban mutlak melalui karya-karya musikal yang dihasilkan.

Sementara itu, dalam studi civil society, para aktor kebudayaan, termasuk seniman, meskipun belum benar-benar diakui dalam struktur gerakan sosial, komponen-komponen itu sering disebut intelektual organik. Saya melihatnya, berbagai gerakan perlawanan terhadap keberadaan negara yang eksploitatif mereka lakukan melalui karya lagu. Hal ini bukan omong kosong penulis semata, karena sudah dilakukan riset oleh Abdullah Sumarahadi, untuk mendapat gelar doktor.


Sumber: AirPutihku

cek band/ daerahmu disini:

bali, bandung, bogor, bojonegoro, depok, jakarta, jember, kudus, lumajang, makassar, malang, pamekasan, probolinggo, purwokerto, semarang, situbondo, sumenep, surabaya, tangerang, dll.
supported by deditsabit