Ayok, Belajar Jadi ‘Pendendam’
Oleh: Djoko Moernantyo
SIAPA yang tidak dendam pada kemiskinan? Siapa yang tidak dendam pada kekalahan? Siapa yang tidak dendam pada kebangkrutan? Atau siapa yang tidak dendam dengan kemampuan yang itu-itu saja? Kalau ada yang baik-baik saja dengan kemiskinan, kekalahan dan kebangkrutan, kamu adalah tipe manusia lemah yang tidak konsepsi diri untuk maju, sukses dan menjadi lebih baik.
Dendamlah kepada kemiskinan. Saat kita sadar bahwa kita miskin, miskin harta, miskin ilmu, miskin teman, miskin sahabat, berjalan dengan kepala mendongak itu perlu. Bukan untuk memberikan satu “kesombongan” tapi untuk memberikan satu pelontar dan isyarat meninggalkan puing-puing kemiskinan itu sebagai rongsokan.
Terlahir sebagai orang miskin itu bukan pilihan kita, tapi meninggalkan keluarga dan orang-orang yang kita cintai dalam kemiskinan, itu salah kita. Apakah kamu masih tak punya dendam kepada kemiskinan?
Dendamlah pada kekalahan. Mencoba membaca diri saat kita kalah, itu lebih baik daripada kita makin terasing dengan kekalahan itu. Dendamlah pada kekalahan, karena seharusnya kita bisa membuat peta baru yang berisi titik-titik dimana kita kalah. Menyusun serpihan kekalahan itu menjadi satu kemenangan baru memang tidak mudah, tapi meratapi kekalahan dan kemudian menjadi bangkai dari kesalahan itu, membuat kita akhirnya menjadi pecundang.
Sumber: AirPutihku