Tere : Musisi itu Harus Sejahtera!
MENJADI anggota Dewan Perwakilan Rakyat [DPR] RI yang terhormat dari Partai Demokrat, tak mengubah Tere, tiba-tiba jadi hedonis dadakan. Perempuan berdarah Batak ini tetap memillih musik dan musisi, sebagai jatidirinya. Tak heran, ketika ditempatkan di Komisi X, cewek bernama komplit Theresia Ebenna Ezeria Pardede ini, kerap bersuara vokal kalau bicara soal kesenian. Tapi seberapa kuat pengaruhnya? Atau jangan-jangan Tere yang terkooptasi perilaku buruk koleganya? Kepada penulis, pemilik hits ‘Dosa Termanis’ ini menjawab tudingan itu.
Pasca berada di legislatif, bagaimana Anda melihat centang-perentang industri musik yang membesarkan nama Tere?
Saya justru bisa melihat persoalan yang terjadi di industri musik itu secara makro. Saya tidak asal bunyi atau teriak saja, karena ada banyak hal yang kemudian saya ketahui ketika berada di dalam. Hal itu membantu saya ketika bicara soal industrinya, karena sekarang saya pegang data. Jadi tidak asal ngomong.
Apa yang sebenarnya paling Anda perjuangkan di legislatif, dalam korelasinya dengan musisi sebagai jatidiri Anda?
Kita –para musisi—masih sangat lemah dalam penegakan Hak Atas Kekayaan Intelektual [HAKI]. Dan itulah yang sangat getol saya perjuangkan di parlemen. Mengapa? Karena ini berhubungan dengan karya cipta seseorang. Bayangkan, musisi yang dianggap legendaris Di Indonesia masih harus kerepotan mencari dana ketika sakit di hari tuanya. Harusnya kan tidak begitu, karena mereka punya karya. Artinya pula, ada yang salah dalam implementasi di lapangan.Musisi itu harus sejahtera.
Bagaimana Anda menyerap seluk-beluk tentang industri musik, sehingga bisa mengatakan ada yang salah dalam implementasi di lapangan?
Jangan salah, saya adalah pelaku industri dan saya tahu karena pernah mengalami apa yang dirasakan banyak musisi lain. Hal-hal yang menganggu musisi dalam berkesenian, saya rasakan kok. Dan karena saya berada di dalam [parlemen], saya bisa menyuarakan apa yang selama ini tidak didengar. Saya ingin mendorong pengakuan terhadap hak cipta intelektual melalui Komisi Pendidikan dan Kebudayaan. Indonesia memiliki potensi intelektual namun belum dianggap.
Dengan niat mulia seperti itu, seberapa kuat sih pengaruh suara Tere di parlemen?
Alhamdulilah, sampai sekarang suara saya masih didengar dan cukup diperhatikan oleh kawan-kawan di parlemen. Paling tidak, masih ada pengaruh suara saya. Yang penting, apa yang saya suarakan ini jujur dan bukan sekadar cari muka saja. Saya hanya ingin seniman, termasuk musisi bisa menjadi pemusik yang tenang, royalti aman, dan tidak ada bajakan.
#wawancara ini sudah dimuat di majalah SoundUp di rubrik An Evening With. Ketika wawancara dilakukan, Tere belum mengundurkan diri sebagai anggota DPR
by djoko moernantyo
Sumber: AirPutihku
Pasca berada di legislatif, bagaimana Anda melihat centang-perentang industri musik yang membesarkan nama Tere?
Saya justru bisa melihat persoalan yang terjadi di industri musik itu secara makro. Saya tidak asal bunyi atau teriak saja, karena ada banyak hal yang kemudian saya ketahui ketika berada di dalam. Hal itu membantu saya ketika bicara soal industrinya, karena sekarang saya pegang data. Jadi tidak asal ngomong.
Apa yang sebenarnya paling Anda perjuangkan di legislatif, dalam korelasinya dengan musisi sebagai jatidiri Anda?
Kita –para musisi—masih sangat lemah dalam penegakan Hak Atas Kekayaan Intelektual [HAKI]. Dan itulah yang sangat getol saya perjuangkan di parlemen. Mengapa? Karena ini berhubungan dengan karya cipta seseorang. Bayangkan, musisi yang dianggap legendaris Di Indonesia masih harus kerepotan mencari dana ketika sakit di hari tuanya. Harusnya kan tidak begitu, karena mereka punya karya. Artinya pula, ada yang salah dalam implementasi di lapangan.Musisi itu harus sejahtera.
Bagaimana Anda menyerap seluk-beluk tentang industri musik, sehingga bisa mengatakan ada yang salah dalam implementasi di lapangan?
Jangan salah, saya adalah pelaku industri dan saya tahu karena pernah mengalami apa yang dirasakan banyak musisi lain. Hal-hal yang menganggu musisi dalam berkesenian, saya rasakan kok. Dan karena saya berada di dalam [parlemen], saya bisa menyuarakan apa yang selama ini tidak didengar. Saya ingin mendorong pengakuan terhadap hak cipta intelektual melalui Komisi Pendidikan dan Kebudayaan. Indonesia memiliki potensi intelektual namun belum dianggap.
Dengan niat mulia seperti itu, seberapa kuat sih pengaruh suara Tere di parlemen?
Alhamdulilah, sampai sekarang suara saya masih didengar dan cukup diperhatikan oleh kawan-kawan di parlemen. Paling tidak, masih ada pengaruh suara saya. Yang penting, apa yang saya suarakan ini jujur dan bukan sekadar cari muka saja. Saya hanya ingin seniman, termasuk musisi bisa menjadi pemusik yang tenang, royalti aman, dan tidak ada bajakan.
#wawancara ini sudah dimuat di majalah SoundUp di rubrik An Evening With. Ketika wawancara dilakukan, Tere belum mengundurkan diri sebagai anggota DPR
by djoko moernantyo
Sumber: AirPutihku